Apa bahasa Inggrismu tidak maju? Kosakatamu tetap terbatas? Artikel ini akan menjelaskan mengapa membaca buku adalah kunci untuk memperlancar bahasa Inggrismu.
Ada satu ayat dari Injil yang sering dikaitkan dengan literasi, kosakata dan kemampuan berkomunikasi, yaitu Matius 13:12:
Karena barangsiapa yang mempunyai barang sesuatu, kepadanya akan diberi lagi, dan ia akan beroleh dengan limpahnya. Tetapi barangsiapa yang tiada mempunyai sesuatu itu, daripadanya juga akan diambil barang yang ada padanya.
Ayat ini berkaitan dengan yang dikasih nama “efek Matius”. Itu menunjukkan fenomena dalam dunia bahwa dengan jalannya waktu, orang kaya menjadi makin kaya, dan orang miskin menjadi makin miskin. Efek Matius juga pegang arti yang penting dalam dunia linguistik. Kekayaan dan kemiskinan kosakata. Yang punya kosakata yang lebih luas akan membaca lebih banyak dan menyerap lebih banyak kosakata baru. Walaupun orang dengan kosakata yang lebih rendah akan ada banyak kesulitan saat membaca. Halangan ini akan menurunkan semangatnya untuk membaca, dan menghasilkan kosakata yang tidak akan membesar atau mungkin juga berkurang.
Dari waktu paling awal dalam kehidupan, saat masih kecil, setiap kata yang kamu mendengar dan membaca ada dampak yang besar kepada prestasi di masa depan. Salah satu studi yang terkenal oleh Betty Hart dan Todd R. Risley bertemu bahwa anak yang berumur 3 dari keluarga dengan pendapatan tinggi akan sudah pernah mendengar 30 juta lebih banyak kata daripada anak dari keluarga dengan pendapatan rendah. Mungkin ada beraneka alasan di balik perbedaan ini, misalnya tingkat pendidikan orangtuanya dan kosakata orangtua, akses kepada lingkungan yang mendukung perkembangan anak dan lain-lain. Tapi ada poin penting yang kita bisa ambil dari peneletian ini untuk memajukan pelajaran kita di bahasa asing.
Dampaknya dari kekurangan 30 juta kata itu saat umur 3 menjadi halangan besar kepada anak itu. Mereka masuk sekolah dan sudah ada dalam posisi lemah. Mulai dari titik itu, mereka ketinggalan oleh kawan kelas dari keluarga dengan pendapatan tinggi. Jarang sekali anak bisa memperkecil perbedaan itu dan perbedaannya menentukan masa depan mereka, misalnya jika mereka akan masuk universitas atau tidak, dan apa mereka akan dapat pekerjaan dengan gaji yang tinggi atau tidak.
Jika situasinya parah untuk anak yang penutur asli bahasa Inggris, pastilah situasinya jauh lebih parah untuk orang asing yang belajar bahasa Inggris! Bagaimana bisa orang asing yang belajar bahasa Inggris bisa menggapai kemampuan berbahasa Inggris yang tinggi untuk misalnya bisa masuk universitas terbaik di luar negeri atau dapat perkerjaan dalam perusahaan multinasional? Terutama jika kompetisi terbesar mereka adalah penutur asli bahasa Inggris. Jawabannya ada persis dalam penelitian tadi. Kita harus memperkecil perbedaan itu. Untuk anak, itu pasti sulit untuk mengubah situasinya, tapi kita, sebagai remaja dan orang dewasa bisa mengkontrol lingkungan kita dan mengubah masa depan kita. If there’s a will, there’s a way (bila ada keinginan, ada caranya).
Kita harus membaca dan mendengar bahasa Inggris sebanyak mungkin. Itu harus menjadi fokus utama. Membaca berita dalam bahasa Inggris, menonton ceramah dalam bahasa Inggris di youtube, membaca buku fiksi dalam bahasa Inggris dan lain lain. Kita harus menyerap jutaan kata, dan hanya ada satu cara untuk mencapai itu, yaitu membaca dan mendengar sebanyak mungkin.
Ketrampilan membaca dan mendengar dijuluki input (masukan). Saat belajar bahasa asing, banyak orang fokus kepada ketrampilan output (produksi), yaitu berbicara dan menulis. Banyak orang fokus kepada output, dan harap bahwa itu akan membuat diri sendiri menguasai bahasa asing. Tapi faktanya, itu sebalik. Penutur asli bahasa Inggris dari keluarga dengan pendapatan rendah yang hidup di negara Inggris, Amerika dan lain lain bisa berbicara bahasa Inggris setiap hari sepanjang kehidupannya. Walaupun mereka berbicara setiap hari, kosakatanya tidak membesar. Saat menjadi orang dewasa, orang dengan pendidikan tinggi punya kosakata yang jauh lebih luas daripada orang yang kurang pendidikan. Dan fakta utama di balik itu adalah jumlah kata yang mereka membaca dan mendengar jauh lebih besar, dan juga karena mereka bercenderung mengkonsumsi sumber yang lebih kaya dalam kosakata yang langka.
Anna Cunningham dan Keith Stanovich dalam esainya “What Reading Does for the Mind” mencatat perbedaan kosakata dari beberapa sumber yang beda. Tulisan sains, koran, majalah, buku buat orang dewasa, buku buat anak kecil, komik dan juga acara televisi seperti kartun dan acara televisi untuk orang dewasa. Datanya menentukan buat setiap sumber ada berapa banyak kata langka yang digunakan untuk setiap seribu kata.
Datanya menakjubkan. Komik dan buku anak menggunakan jauh lebih banyak kata langka daripada acara televisi yang ditujukan kepada orang dewasa. Tapi ini tidak harus membuat kita terheran. Jika kita menyalakan televisi di Indonesia, ada banyak sinetron yang berputar topik yang sama terus menerus. Terus jika kita mengganti kanal dan mencari acara kartun, kita akan melihat topik yang beranekaragam. Ada kartun tentang mitologi, luar angkasa, sejarah, teknologi canggih, magik dan banyak tema lain. Ini asalannya kartun bisa jadi sumber yang kaya kosakata. Satu hal lain yang kita bisa ambil dari data di atas adalah sumber tulisan punya kosakata yang jauh lebih kaya dibandingkan televisi dan percakapan. Buku, koran, majalah dan jurnal sains main peran penting memperluas kosakata kita.
Satu kesalahan yang sering dibuat oleh orang yang belajar bahasa asing itu fokus perhatiannya kepada belajar berbicara langsung dari titik nol. Jika kita tidak punya kosakata yang cukup, kita akan sulit menjelaskan pendapat kita. Jika kita fokus kepada berbicara dan menulis, kita hanya akan bertemu dengan kata yang kita sudah tahu, dan tidak akan ada banyak kesempatan untuk bertemu dan memahami kosakata baru. Yang sudah dijelaskan di atas, kita hanya bisa benar-benar akses kosakata yang kaya untuk memperluas kosakata kita.
Sesudah membaca artikel ini, kamu mungkin memikir cara terbaik untuk memperbaiki kosakatamu itu lewat terjun langsung ke artikel sains yang penuh dengan kosakata yang rumit dan langka. Tapi kita harus realistis. Berdasarkan ahli bahasa Stephen Krashen, input (masukan) lewat membaca dan mendengar itu sangat penting. Menurut teori Stephen Krashen, cara terbaik adalah mencari “comprehensible input”, yaitu input (masukan) yang kita bisa mengerti tapi yang tetap ada kata baru yang kita bisa belajar dari konteks. Kita harus mencari tulisan yang pas. Kita perlu paham mungkin 98% kata dalam suatu tulisan untuk menjadi pandai membaca, memahami intinya sambil belajar kosakata baru dari konteks.
Di tingkat 98%, buat setiap 100 kata, kita akan bertemu dengan mungkin 2 kata baru. Biasanya dalam suatu buku, bisa ada sampai 300 kata sehalaman. Itu berarti kita akan bertemu mungkin 6 kata baru sehalaman. Jika kita membaca suatu buku yang memiliki 300 halaman, itu akan berarti kita akan berhadapan dengan kira-kira 1.800 kata baru sesudah membaca bukunya!
Walaupun kita pasti tidak akan ingat setiap kata yang kita membaca, kita akan tetap belajar banyak kosakata baru. Satu alasan buku bisa menjadi sumber yang bagus menyerap kosakata baru adalah karena satu buku biasanya punya satu penulis dan punya satu tema (satu cerita buat buku fiksi, atau satu konsep buat buku non-fiksi). Setiap penulis punya kosakata tertentu yang dia sering menggunakan, dan suatu cerita atau konsep akan berulangkali menggunakan kosakata yang sama. Misalnya, jika kita membaca Harry Potter, kita akan sering bertemu kata langka berkaitan dengan kehidupan wizards dan witches seperti wand, potion, cauldron, dan banyak lain. Menghadapi kata yang sama dalam konteks yang beda selama membaca suatu buku akan meningkatkan kemampuan kita menguasai kata-kata baru itu. Itu dikatakan 10 kali menghadapi kata yang baru dalam beberapa konteks yang beda itu cukup buat kata itu untuk masuk dalam kosakta kita.